Jumat, 29 Agustus 2014

Desain Rumah Lahan 90m2

Postingan hari ini tentang desain rumah mungil lagi. Desain ini untuk lahan berukuran 6 x 15 meter. Rumah terdiri dari tiga lantai; lantai pertama untuk ruang bersama, lantai kedua untuk ruang privat, lantai ketiga untuk ruang servis dan taman. Berikut adalah denahnya.


Lantai dasar terdiri dari ruang-ruang bersama dengan penggunaan sekat seminimal mungkin untuk menciptakan kesan luas. Untuk menerima tamu dibuat foyer mungil di bagian depan. Tepat disampingnya ada dapur yang memiliki jendela menghadap depan; sambil memasak, nyonya rumah bisa mangawasi rumah. Ruang makan dan ruang keluarga ditempatkan di bagian belakang untuk menjaga privasi dan keamanan. Ruang-ruang ini terbuka ke arah taman belakang yang juga bisa difungsikan untuk parkir sepeda dan motor. Rumah ini juga memiliki pintu samping dengan lorong yang menghubungkan carport dengan taman belakang. Lorong ini bisa menjadi perpanjangan tempat parkir, sementara di langit-langitnya bisa dibuat rak-rak untuk gudang. Tak lupa ada toilet yang disembunyikan di bawah tangga.

Lantai kedua diutamakan untuk area privat, berisi kamar-kamar tidur. Di bagian depan terdapat dua ruang tidur anak dengan jendela menghadap void untuk menjaga privasi dan keamanan. Dinding bagian depan void menggunakan bata kerawang untuk mengalirkan udara dan aksen pada rumah. Pemilik rumah juga dapat menanam tanaman hias dan merambatkannya ke dinding ini. Di bagian belakang adalah ruang tidur utama dengan jendela ke arah void taman belakang. Di bagian tengah rumah adalah ruang serbaguna, dapat menjadi area bermain maupun ruang belajar bagi anak-anak. Di lantai dua ini kamar mandi dan toilet dibuat secara terpisah sehingga fungsinya dapat dioptimalkan.

Lantai tiga disiapkan untuk ruang-ruang pendukung. Di bagian depan adalah gudang dengan langit-langit miring. Mengingat posisinya di lantai atas, apabila diperlukan ruang ini bisa dijadikan ruang ibadah dengan sedikit meninggikan atap agar lebih nyaman. Di bagian tengah adalah ruang servis yang menampung kegiatan cuci dan jemur. Ruang di bagian belakang bisa menjadi taman atap sebagai fasilitas rekreasi.

Contoh layout rumah dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambaran tampak depan rumah sebagai berikut.

Tampak tiga dimensinya kira-kira seperti berikut ini.




Yang ini adalah void bagian depan yang ditutup dinding kerawang, dilihat dari atas.


Jumat, 15 Agustus 2014

Iklan yang Sungguh Mengejutkan

Mentang-mentang lagi musim CPNS, iklan yang terpasang di FB pun iklan jualan ijazah online.
#shock
#iklanapainih


Selasa, 12 Agustus 2014

Jatuh Cinta

Apa itu jatuh cinta? Entahlah, aku juga tidak begitu paham. Lebih puyeng lagi karena beberapa waktu yang lalu Princess sms aku tanya-tanya tentang pengalamanku jatuh cinta. Whuzz.... I'm so shocked. Mungkin aku pernah beberapa kali jatuh cinta. Tapi aku sendiri tidak begitu yakin.

Peristiwa jatuh cinta pertama kali yang masih kuingat saat ini adalah saat aku masih SD, sekitar kelas 3 atau 4 gitu. Ceritanya aku punya tetangga belakang rumah yang punya anak yang kira-kira setahun lebih muda dariku. Di sekolahan dia adik kelasku. Karena ga sekelas aku ga gitu akrab sama tu anak. Di sekolah aku ga pernah main bareng sama dia. Di rumah juga ga pernah karena aku sendiri anak rumahan. Tapi entah kenapa suatu hari aku sama dia main pasar-pasaran bareng di halaman belakang. Saat itu benar-benar aneh. Kami yang jarang ngomong tahu-tahu aja langsung akrab. Saat itu sih kami nggak cuma berdua doang. Masing-masing bawa adik, jadi totalnya empat orang. Tapi aku sendiri ga begitu ingat adik-adik kecil ngapain aja. Pokoknya tahu-tahu kami berdua jadi akrab banget kaya udah lama main bareng. Keesokan harinya (atau mungkin lusa, entahlah) aku denger kabar dari ibu kalau tetangga belakang rumah pindah. Aku sangat syok dan terpukul. Kenapa coba ngga dari dulu-dulu main barang sama dia? Kenapa baru di akhir kita merajut kebersamaan penuh keceriaan? Sore itu aku mengurung diri di kamar sambil menangis tersedu-sedu penuh kesedihan. Sungguh merana, aku merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagai permata. Kalau mengingat peristiwa ini, hatiku kembali pilu, tapi lucu juga sih.

Selanjutnya peristiwa waktu aku kelas 2 SMP alias kelas 8. Dulu kalau ujian semester, demi menghemat tempat dan waktu, ujian kelas 7 dan 8 digabung. Kalau ujian biasa kan satu kelas dipecah jadi dua ruang, setiap ruang cuma terisi setengah doang, dua meja yang bersebelahan cuma diisi seorang siswa kelas 8. Nah, di sekolahku kursi sebelah yang kosong itu dipake buat yang kelas 7. Nah, gara-gara anak kelas 7 di sebelahku itu tuh aku jadi deg-degan gimana gitu tiap jam ujian, apalagi dianya cute nan innocent. Belum lagi gemes kalo ngeliat beberapa soal yang harusnya doi kerjain masih kosong. Dengan sok pintarnya aku pun bantu ngerjain. Ternyata aku yang anti contek-mencontek ini tidak tega dan luluh lantak. Eh, aku ga ngasih contekan ding, cuman bantu ngerjain. Itu pun ga banyak dan ga semua mapel. Cuma beberapa soal aja. Entah gimana kejadiannya, kayanya teman-teman dia pada tahu aku sama dia ada peristiwa begituan, dan mereka merasa aku ada perasaan ke dia. Di luar ujian, tiap kali kami berpapasan selalu di-cie-cie, terus mukaku jadi merah. Lebih tragis lagi, seorang teman sekelas dia adalah temanku di sebuah organisasi. Bagus sekali ada orang dalam yang tukang ngomporin. Setelah aku naik ke kelas 9, kami jarang berpapasan lagi. Ujian juga sebangku sendirian. Udah ngga di-cie-cie, tapi kalau ketemu masih malu-malu kucing.


Nah, di kelas 9 itu aku merasa sesuatu pada teman seangkatan. Dia beda kelas denganku. Tapi lagi-lagi aku punya teman di kelasnya. Cuman yang ini aku sukanya diam-diam aja. Ga ada yang tahu sama sekali; dia nggak, temanku dikelasnya juga nggak. Aku cuma mengamati dari kejauhan doang. Cuma saking penasarannya, aku pernah menguntit dia pulang karena pengin tahu rumahnya. Aku tunggu dia keluar kelas, kuikuti dia. Di tempat parkir, kami mengambil sepeda, tapi aku pura-pura ngga liat dia. Di jalan, aku menjaga jarak agar ga terlalu keliatan lagi nguntit. Sialnya, di suatu perempatan dia berhasil menyeberang dengan rombongan kendaraan di depan sementara aku tertahan lampu merah beberapa meter di belakangnya. Begitu lampu berubah ijo, buru-buru kukejar meski harapanku tinggal setipis kertas karena kehilangan jejak. Kiri-kanan jalan kuamati kalau-kalau ada sepeda miliknya terparkir di depan rumah. Sayangnya cara itu tidak membuahkan hasil. Biar begitu aku masih tetap melanjutkan perjalanan meski pelan-pelan. Tak dikira, tak dinyana, tetiba dia muncul berjalan kaki dari gang kecil jarak 5 meter di depan ku di seberang jalan. Benar-benar sangat mengejutkan. Aku salah tingkah. Dia berjalan ke arah selatan, sedangkan aku ke utara. Untungnya, dia sepertinya tidak curiga dengan keberadaanku di situ (atau mungkin dia tidak tahu? entahlah). Aku tidak berani berbalik arah untuk pulang hingga beberapa jauh dari situ. Begitu aku berbalik arah, dianya udah ga kelihatan. Ya, meskipun aku tidak tahu secara pasti rumahnya dimana, setidaknya aku tidak kecewa.


Hal yang membuatku menandak-nandak sinting di akhir SMP adalah peristiwa perpisahan. Acara perpisahan di sekolahku dibentuk kaya wisuda gitu. Siswa-siswi dipanggil naik panggung. Nah, biar ga makan banyak waktu manggilnya ga satu-satu, tapi berpasangan dari arah kiri dan kanan. Kebetulan banget, kelasku berpasangan dengan kelasnya si dia. Aku itung-itung dari nomor presensi sih kami urutannya selisih sedikit, satu apa dua orang gitu. Tapi kalau ada yang ga menghadiri wisuda, ada kemungkinan kami naik panggung bareng, hohoho. Beneran lah, kami dipanggil bareng. Kami naik panggung, dikalungin liontin, terus turun lewat tengah panggung. Dari situ kami jalan bareng berdampingan menuju tempat duduk masing-masing. Mana tempat duduknya jauh lagi dari panggung. Sepanjang jalan aku senyum lebar antara bahagia dan gila. Orang-orang mungkin mengira aku senang karena lulus udah diwisuda, padahal aku senang karena jalan bareng di samping dia, hohoho.... Sekali lagi ga ada yang tahu. Kesenangan yang kusimpan sendiri.


Di SMA, kejadiannya lebih membingungkan lagi. Aku meyakini pernah jatuh cinta satu kali. Ada juga satu kali mirip jatuh cinta, tapi tidak begitu jelas. Sekali pula sempat dikira pacaran dengan orang yang sama sekali tidak aku pacari.


Aku pernah jatuh cinta pada adik kelas (aku merasa itu sepertinya emang perasaaan jatuh cinta). Sintingnya, dia sama sekali bukan orang baru bagiku. Kami emang ga se-SMP. Tapi dulu kami se-SD karena kami berasal dari desa yang sama. Pun bertetangga dalam satu RW. LOL! Rumahnya? Tahu banget lah, orang tetanggaan. Aku ga tahu mengapa aku merasa 'sesuatu' ketika berada di dekatnya atau melihat wajahnya. Hanya saja dia memang nampak berbeda dari orang kebanyakan. Aku ga bisa cerita banyak-banyak tentang ini, soalnya aku emang ga ngapa-ngapain, diem aja. Perasaan itu kusimpan dalam hati. Tapi sebetulnya justru ini sangat berkesan bagiku.


Sekali lagi, di SMA aku merasa seperti jatuh cinta. Tapi yang ini perasaanku ga seintens seperti pada tetangga se-RW itu. Jadi aku sebetulnya masih bingung apakah ini jatuh cinta atau bukan. Sebetulnya dia seangkatan sama tetangga se-RW ku; mereka adik kelasku. Aku belum kenal dekat dengan dia. Aku ga tahu rumahnya sebelah mana. Aku ga tahu sifatnya seperti apa. Tapi sejauh yang kuamati, dia baik. Dia ga seperti orang kebanyakan. Udah, itu doang.


Oh ya, tentang rumor aku pacaran, itu benar-benar mengejutkanku. Pun itu aku tahu rumor itu setelah lulus SMA. Hah? Kemana aja gue tiga tahun sampai ga tahu gosip tentang diri sendiri? Seorang guru bertanya padaku gimana kabar hubunganku dengan gebetanku. Apa? Gebetan? Sejak kapan coba? Aku sama sekali ga ngerti siapa yang beliau maksud sebagai gebetan. Akhirnya beliau menyebut nama seorang temanku, Al. Seketika DHOR! Al? Yakin? Sejak kapan coba aku sama Al pacaran? Emang sih kami temenan akrab. Tapi aku jadi bingung banget.


Al. Aku baru kenal dia ketika SMA. Kami seangkatan, tapi ga sekelas. Seperti biasa, di kelas Al dan kelas sebelahnya aku ada teman. Awalnya sih aku sering main ke kelas sebelahnya Al karena teman akrabku ada di situ. Tapi lama-lama kelasnya Al ikutan nimbrung juga. Nah, aku ga ingat awal cerita aku kenalan sama Al. Tahu-tahu aja kami sudah akrab. Mungkin karena kami memiliki passion yang sama terhadap ilmu pengetahuan. Al seneng banget kalau diajak ngobrol tentang perkembangan sains. Klop deh. Meski beda kelas, kami cukup sering ngobrol di taman; nggak berduaan, tapi sama anak-anak lain.


Nggak disangka, naik ke kelas 11 aku sekelas dengan Al. Jadilah kami seperti api dengan minyak; kalau ketemu langsung meledak. Kami yang biasa diam duduk tenang menikmati penjelasan guru dan hanya aktif berbicara saat kegiatan diskusi sahaja langsung ribut sendiri ketika jam istirahat tiba. Tapi kami ributnya baik-baik kok, paling diskusi ringan (paling banter sambil tunjuk-tunjuk dan pelototan); ga pernah jambak-jambakan apalagi sampai ngebakar gorden kelas. Kebtulan juga kami sama-sama hobi mengunjungi perpustakaan daerah. Meski ngga datang bareng, tapi di kelas kami suka saling pamer buku yang baru dipinjam.


Hingga kelas 12 pun, aku sama Al gitu-gitu aja. Kami ga ada kencan. Ga pernah mesra-mesraan. Ga ada jadian. Pegang-pegangan juga ga pernah. Nyolok mata apalagi, itu juga ga pernah. Kami ga pacaran. Sama sekali enggak. Tapi emang hubungan di antara kami ga sama dengan teman biasa lainnya. Aku bingung ngejelasinnya gimana. Tapi secara official kami memang teman, bukan pacar. BTW kami punya panggilan khusus; aku manggil Al dengan sebutan 'kakak', Al manggil aku 'adik'. Hahaha, sinting. Entah mengapa kami seperti saudara sendiri. Nah itu dia, aku sama Al emang kaya saudara, tapi juga nggak yang kaya keluarga-keluarga banget. Sepertinya relationship antara aku dan Al jatuh pada lokasi yang belum diidentifikasi secara jelas. Mungkin karena itu orang-orang pun melihatnya dengan cara yang berbeda-beda pula. Haduh, puyeng. BTW, mendadak aku baru inget kalau aku dan Al pernah foto berdua. Ya tapi itu fotonya di tempat rame.

Senin, 11 Agustus 2014

I'm Shocked

Duh, saking syok-nya ampe salah nulis judul dua kali. Pertama tadi ketulis "I'm Shcoked". Terus kuhapus kuganti "I'm Shocek". Untung yang ketiga bener.

Hari ini adikku yang SD minta izin buat make laptopku. Dia bilang sih mau main game. Gue kasih lah meski dalam hati ada perasaan ga enak. Pikiran gue, ah paling-paling aman, biasanya juga dia cuma main game balapan.

Sejenak kutinggal adik gue dalam kamarku sendirian. Aku rebahan di kamarnya dia. Eh, kok ada suara adikku ketawa-ketiwi ya? Kayaknya ada tontonan yang seru banget. Perasaan game di laptopku biasa aja, paling banter kan aku cuma main Plant vs Zombie. Haduh, dia lagi ngapain tuh?

Buru-buru gue balik ke kamar sendiri. Aku tengok laptop ternyata adikku lagi ngebuka file-file di komputer dan nemu foto-fotoku waktu bareng sama Princess. Mana gayaku ama Princess norak banget lagi. Haduh.... Haduh.... Haduh.... Pantesan ketawanya ampe keras banget.

Wah, ini tanda-tanda. Harus lebih selektif lagi ngatur proteksi file di komputer. Pertanda juga bahwa lain kali kalau foto masang tampang dan pose yang normal-normal aja. Xixixixixi....